Disfungsi Ereksi, Penyebab dan Penanganannya

Diposting 7 Januari 2025 oleh Bhro

Disfungsi ereksi atau dikenal dengan lemah syahwat adalah ketidakmampuan pria mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk berhubungan seksual. Terdapat tiga jenis gangguan ereksi: organik, psikogenik, dan campuran.

· Disfungsi ereksi organik

adalah disfungsi ereksi yang disebabkan oleh kondisi fisik atau medis, seperti penyakit jantung, diabetes, atau ketidakseimbangan hormon.

· Disfungsi ereksi psikogenik 

adalah disfungsi ereksi yang disebabkan oleh faktor psikologis, seperti stres, kecemasan, atau depresi.

· Disfungsi ereksi campuran 

adalah kombinasi antara faktor fisik dan psikologis.

Disfungsi ereksi merupakan momok bagi kaum pria. Namun, tidak sedikit pria dengan masalah ereksi merasa malu dan enggan untuk berkonsultasi ke dokter, padahal disfungsi ereksi bisa diatasi jika penyebabnya telah diketahui.

Penyebab Disfungsi Ereksi:

Terpicunya gairah seksual pria hingga terjadinya ereksi merupakan proses yang tidak sederhana. Proses tersebut melibatkan otak, saraf, otot, pembuluh darah, hormon, dan emosi. Disfungsi ereksi biasanya terjadi jika hal-hal tersebut mengalami masalah.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab disfungsi ereksi:

Penyakit Tertentu

Dalam kebanyakan kasus, disfungsi ereksi disebabkan oleh kondisi medis, seperti:

· Tekanan darah tinggi

· Penyakit jantung

· Diabetes

· Obesitas

· Gagal ginjal

Selain itu, ketidakseimbangan hormon tertentu juga bisa menyebabkan disfungsi ereksi. Kondisi tersebut antara lain hipertiroid (kelebihan hormon tiroid), hipotiroid (kekurangan hormon tiroid), hiperprolaktinemia (kelebihan hormon prolaktin), dan hipogonadisme yang menyebabkan kekurangan hormon testosteron.

Masalah Psikologis

Otak memainkan peran penting dalam memicu ereksi. Ereksi dimulai dengan adanya gairah seksual saat terdapat rangsangan. Namun, rangsangan seksual bisa tidak berpengaruh saat pria mengalami stres, depresi, kecemasan, atau masalah psikologis lainnya, seperti widower syndrome yang muncul ketika seorang pria kehilangan istrinya.

Efek Samping Obat-obatan

Meski dapat mengatasi penyakit, sebagian obat memiliki efek samping berupa munculnya gangguan ereksi. Di antaranya adalah:

· Antidepresan

· Antipsikotik

· Antihipertensi

· Obat kanker prostat

· Obat penurun kolesterol

Penggunaan obat-obatan terlarang, seperti kokain atau ganja, dan kecanduan alkohol juga biasanya membuat seseorang lebih rentan mengalami disfungsi ereksi.

Cedera

Cedera pada tulang belakang, tulang panggul, atau penis, seperti penis patah, yang menyebabkan kerusakan saraf atau pembuluh darah berisiko menyebabkan disfungsi ereksi. Cedera bisa berupa cedera yang besar atau cedera kecil tapi terjadi berulang-ulang. Contohnya adalah cedera kecil pada bagian area pangkal penis akibat mengendarai sepeda dalam waktu lama.

Efek Samping Tindakan Medis Tertentu

Salah satu tindakan medis yang paling berisiko menyebabkan disfungsi ereksi adalah operasi pada prostat dan kandung kemih. Selain itu, tindakan medis pada otak, tulang belakang, dan tulang panggul juga dapat menimbulkan risiko yang sama. Contohnya adalah terapi radiasi untuk kanker usus besar dan operasi pengangkatan usus besar.

Langkah Penanganan Disfungsi Ereksi

Disfungsi ereksi yang berkepanjangan dapat membuat penderitanya kesulitan mendapat keturunan dan terganggunya keharmonisan hubungan dengan pasangan. Untuk mengatasinya, berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan.

Perubahan Pola Hidup Sehat

Perbaikan gaya hidup sehat dapat mengatasi sekaligus menurunkan risiko terjadinya disfungsi ereksi dengan signifikan. Oleh karena itu, mulailah untuk menerapkan kebiasaan sehat yang meliputi olahraga secara rutin, mengonsumsi makanan bergizi, serta menghentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.

Penggunaan Obat-obatan

Disfungsi ereksi bisa juga diatasi dengan obat-obatan dari dokter yang meliputi:

· Obat minum untuk melancarkan aliran darah ke penis, misalnya PDE5 inhibitor.

· Obat injeksi yang disuntikkan secara mandiri ke pangkal penis.

· Obat supositoria yang dimasukkan ke penis secara langsung.

· Obat hormonal, seperti testosteron, untuk mengatasi kekurangan hormon.

Psikoterapi

Jika disfungsi ereksi disebabkan oleh faktor psikologis, misalnya akibat stres atau depresi, dokter biasanya akan menyarankan Anda untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater. Psikoterapi yang tepat diketahui dapat mengatasi disfungsi ereksi, bahkan tanpa bantuan obat-obatan.

Pria yang sudah menikah juga mungkin membutuhkan konseling pernikahan bersama pasangan dengan psikolog. Hal ini penting untuk mendapatkan tips komunikasi dan perilaku hubungan seksual yang lebih baik, sehingga disfungsi ereksi tidak sampai berdampak pada keharmonisan rumah tangga.

Tindakan Operasi

Jika pola hidup sehat, pengobatan, dan psikoterapi tetap tidak membuahkan hasil yang diharapkan, dokter mungkin akan merekomendasikan tindakan operasi untuk mengatasi

disfungsi ereksi. Salah satu jenis operasi yang sering dilakukan adalah pemasangan prosthesis penis untuk membantu ereksi.

Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter?

Bila Anda mengalami disfungsi ereksi, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter. Hindari mencari pengobatan herbal atau alternatif yang belum tentu aman dan justru dapat mengakibatkan kerusakan penis. Diagnosis dan pengobatan yang tepat adalah kunci untuk mengatasi disfungsi ereksi secara efektif.

ditulis oleh Hamdi Hamdoyo, dr. Tiara Kirana, Sp.And

Referensi

1. European Association of Urology. Management of erectile dysfunction. Uroweb [Internet]. Available from: https://uroweb.org/guidelines/sexual-and-reproductive-health/chapter/management-of-erectile-dysfunction

2. Andrology Awareness. Erectile dysfunction. Andrology Awareness [Internet].Available from: https://www.andrologyawareness.eu/erectile-dysfunction/

3. Pane MDC. Mencari tahu penyebab disfungsi ereksi dan obatnya. Alodokter [Internet]. 2024 Jun 12. Available from: https://www.alodokter.com/melacak-penyebab-gangguan-ereksi#:~:text=Disfungsi%20ereksi%20atau%20dikenal%20dengan,sebentar%2C%20dan%20kurangnya%20gairah%20seks